Home »
Dialektika
» Surat Untuk Para Koruptor
Surat Untuk Para Koruptor
Surat Untuk Para Koruptor
Oleh: Muhammad Fauzinuddin*
Semakin hari semakin
banyak elit negara yang terbelit kasus korupsi. Lebih memilukannya lagi
orang-orang yang sewaktu dalam belum menduduki jabatan kenegaraan mengkoar-koarkan
semboyan anti korupsi, setelah duduk dikursi empuk malah terjerat sendiri
dengan perbuatan laknat tersebut. Seperti senjata makan tuan. Hal ini
menunjukkan degradasi moral para pemimpin. Memimpin yang baik adalah memimpin
dengan memberi teladan. Bukanlah menyuruh atau melarang rakyat sedangkan
dirinya tidak memberi teladan yang mencerminkan sabdanya.
Sepertinya buaian harta
telah membutakan nurani elit negara. Amanah untuk Allah untuk menyejahterakan
rakyat disalah gunakan untuk menyejahterakan dirnya sendiri atau kelompoknya. Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila sudah jauh dari prilaku kesehariannya. Padahal saat
ini mereka sedang gencar mensosialisasikan empat pilar berbangsa dan bernegara
yang salah satunya Pancasila. Amat betul ungkapan Nietzsche bahwa kejayaan
bangsa ditentukan oleh bagaimana komitmen mengubah kata-kata (retorika) menjadi
kata kerja (prilaku dan tindakan nyata).
Hal itu berbanding
terbalik dengan para pemimpin memimpin bangsa ini. Kata-kata manis dan suara
lantang akan kebaikan hanya menjadi pemulus jalan untuk membohongi rakyat demi
meraup suara dan kepercayaan dari mereka. Setelah memperoleh jabatan elit
janji-janjinya kandas di tengah jalan.
Dimana Fungsi Hukum?
Koruptor
melakukan aksi bejatnya bukanlah semata karena keinginannya. Namun juga karena
ada kesempatan. Kesempatan disebabkan masih lemahnya pengaruh hukum. Koruptor
sudah tidak menghiraukan dengan hukum yang berlaku di negeri hukum ini. Karena
kekuatan mereka sudah jauh lebih besar dari kekuatan hukum. Koruptor tidak melakukan
aksi korupnya sendirian. Koruptor menjadi kuat karena kong-kalikong-nya dengan
berbagai pihak. Mereka menggunakan prinsip “bersatu kita teguh bercerai kita
runtuh” dalam memakan uang rakyat. Sehingga aksi korupnya sulit terbongkar.
Semuanya tutup mulut, karena semua telah menikmati uang haram tersebut.
Sehingga penegak hukum sudah
tidak bisa bekerja secara optimal. Kelihaian para penegak hukum mulai terkalahkan
oleh kemunafikan terstrukturnya para koruptor. Hal ini terbukti dengan semakin
banyaknya temuan-temuan yang
mengindikasikan bahwa pejabat negeri ini telah melakukan korupsi.
Seperti temuan PPATK terkait dengan banyaknya rekening gendut PNS muda yang
mencurigakan.
Berbagai upaya telah
dilakukan untuk menangani kasus korupsi. Semisal mendirikan lembaga-lembaga
yang khusus menangani korupsi. Seperti Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor). Namun lembaga-lembaga itu rupanya juga tidak bisa bekerja optimal. Ini
menunjukkan masih lemahnya kinerja hukum. Kedepan para penegak hukum harus
lebih memperbaiki struktur kinerjanya dengan membangun kerja sama dengan
berbagai pihak. Karena seperti ungakapan Sayyidina Ali bahwa kepandaian yang tidak
terstruktur tetap akan dikalahkan oleh kebodohan yang struktur. Dalam konteks
ini kelihaian penegak hukum yang kurang terstruktur akan dikalahkan oleh
kelicikan koruptor yang terstruktur baik.
Jeritan Rakyat
Ditengah
kenyamanan yang sedang dinikmati elit negara yang korup, banyak rakyat jelata
hidup jauh dari kelayakan. Hidup di jalanan, mengais rezeki dari sampah, kolong
jembatan menjadi tempat berteduh, menggantungkan nasib dengan meminta-minta dan
seabrek persoalan memilukan lainnya. Lalu dimanakah sebenaranya hati nurani
koruptor? Kemanakah agamanya? Mereka posisikan dimana Tuhannya? Apakah beragama
hanya ketika berada di tempat ibadah?
Sedang dalam kehidupan sehari-hari mereka rasa sudah lepas dari pantauan
Tuhan?
Wahai para koruptor,
ingatlah kami ketika hendak memakan uang
rakyat!. Kata-kata itu seharusnya selalu ada dibenak setiap elit negara.
Sehingga timbul timbul rasa iba di hatinya. Saya yakin sejahat-jahatnya manusia
bisa dipastikan masih punya hati nurani.
Apalagi elit negara yang sudah tidak perlu di pertanyakan lagi pengetahuannya.
Hanya saja pengetahuan tersebut telah dibutakan oleh nafsu. Ketajaman akalnya
tidak diimbangi dengan kepandaian hati.
Sehingga mereka menghalalkan segala cara demi meraih tujuan untuk menjadi orang
kaya.
Berandai-andai
Seandainya
bangsa Indonesia dipimpin oleh para orang-orang yang jujur dengan benar-benar
mengabdi kepada negara hanya berkomitmen untuk memakmurkan rakyat betapa
sejahteranya bangsa ini. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah,
kebudayaan dan seni yang beragam akan menciptakan kehidupan yang gemah ripah loh jinawe. Namun rupanya
kemakmuran dan kesejahteraan masih jauh dari harapan. Hal ini akan tetap
berlanjut sepanjang koruptor masih meraja lela. Akhirnya kemerdekaan yang diperjuangkan
founding fathers untuk rakyat hanya
dinikmati para koruptor.
*Penulis adalah Anggota MUSEMA (Musyawarah Senat Mahasiswa) IAIN Sunan
Ampel Surabaya
Semoga artikel Surat Untuk Para Koruptor bermanfaat bagi Anda.
Posting Komentar