Surat Untuk Para Koruptor

Posted by imam sahal On Kamis, 11 Oktober 2012 0 komentar


Surat Untuk Para Koruptor
Oleh: Muhammad Fauzinuddin*
            Semakin hari semakin banyak elit negara yang terbelit kasus korupsi. Lebih memilukannya lagi orang-orang yang sewaktu dalam belum menduduki jabatan kenegaraan mengkoar-koarkan semboyan anti korupsi, setelah duduk dikursi empuk malah terjerat sendiri dengan perbuatan laknat tersebut. Seperti senjata makan tuan. Hal ini menunjukkan degradasi moral para pemimpin. Memimpin yang baik adalah memimpin dengan memberi teladan. Bukanlah menyuruh atau melarang rakyat sedangkan dirinya tidak memberi teladan yang mencerminkan sabdanya.
            Sepertinya buaian harta telah membutakan nurani elit negara. Amanah untuk Allah untuk menyejahterakan rakyat disalah gunakan untuk menyejahterakan dirnya sendiri atau kelompoknya. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah jauh dari prilaku kesehariannya. Padahal saat ini mereka sedang gencar mensosialisasikan empat pilar berbangsa dan bernegara yang salah satunya Pancasila. Amat betul ungkapan Nietzsche bahwa kejayaan bangsa ditentukan oleh bagaimana komitmen mengubah kata-kata (retorika) menjadi kata kerja (prilaku dan tindakan nyata).
            Hal itu berbanding terbalik dengan para pemimpin memimpin bangsa ini. Kata-kata manis dan suara lantang akan kebaikan hanya menjadi pemulus jalan untuk membohongi rakyat demi meraup suara dan kepercayaan dari mereka. Setelah memperoleh jabatan elit janji-janjinya kandas di tengah jalan.
Dimana Fungsi Hukum?
            Koruptor melakukan aksi bejatnya bukanlah semata karena keinginannya. Namun juga karena ada kesempatan. Kesempatan disebabkan masih lemahnya pengaruh hukum. Koruptor sudah tidak menghiraukan dengan hukum yang berlaku di negeri hukum ini. Karena kekuatan mereka sudah jauh lebih besar dari kekuatan hukum. Koruptor tidak melakukan aksi korupnya sendirian. Koruptor menjadi kuat karena kong-kalikong-nya dengan berbagai pihak. Mereka menggunakan prinsip “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh” dalam memakan uang rakyat. Sehingga aksi korupnya sulit terbongkar. Semuanya tutup mulut, karena semua telah menikmati uang haram tersebut.
            Sehingga penegak hukum sudah tidak bisa bekerja secara optimal. Kelihaian para penegak hukum mulai terkalahkan oleh kemunafikan terstrukturnya para koruptor. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya temuan-temuan yang  mengindikasikan bahwa pejabat negeri ini telah melakukan korupsi. Seperti temuan PPATK terkait dengan banyaknya rekening gendut PNS muda yang mencurigakan.
            Berbagai upaya telah dilakukan untuk menangani kasus korupsi. Semisal mendirikan lembaga-lembaga yang khusus menangani korupsi. Seperti Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dan Pengadilan Tindak  Pidana Korupsi (Tipikor). Namun lembaga-lembaga itu rupanya juga tidak bisa bekerja optimal. Ini menunjukkan masih lemahnya kinerja hukum. Kedepan para penegak hukum harus lebih memperbaiki struktur kinerjanya dengan membangun kerja sama dengan berbagai pihak. Karena seperti ungakapan Sayyidina Ali bahwa kepandaian yang tidak terstruktur tetap akan dikalahkan oleh kebodohan yang struktur. Dalam konteks ini kelihaian penegak hukum yang kurang terstruktur akan dikalahkan oleh kelicikan koruptor yang terstruktur baik.
Jeritan Rakyat
            Ditengah kenyamanan yang sedang dinikmati elit negara yang korup, banyak rakyat jelata hidup jauh dari kelayakan. Hidup di jalanan, mengais rezeki dari sampah, kolong jembatan menjadi tempat berteduh, menggantungkan nasib dengan meminta-minta dan seabrek persoalan memilukan lainnya. Lalu dimanakah sebenaranya hati nurani koruptor? Kemanakah agamanya? Mereka posisikan dimana Tuhannya? Apakah beragama hanya ketika berada di tempat ibadah?
Sedang dalam kehidupan sehari-hari mereka rasa sudah lepas dari pantauan Tuhan?
            Wahai para koruptor, ingatlah kami ketika hendak  memakan uang rakyat!. Kata-kata itu seharusnya selalu ada dibenak setiap elit negara. Sehingga timbul timbul rasa iba di hatinya. Saya yakin sejahat-jahatnya manusia bisa dipastikan  masih punya hati nurani. Apalagi elit negara yang sudah tidak perlu di pertanyakan lagi pengetahuannya. Hanya saja pengetahuan tersebut telah dibutakan oleh nafsu. Ketajaman akalnya tidak diimbangi dengan  kepandaian hati. Sehingga mereka menghalalkan segala cara demi meraih tujuan untuk menjadi orang kaya.
Berandai-andai
            Seandainya bangsa Indonesia dipimpin oleh para orang-orang yang jujur dengan benar-benar mengabdi kepada negara hanya berkomitmen untuk memakmurkan rakyat betapa sejahteranya bangsa ini. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, kebudayaan dan seni yang beragam akan menciptakan kehidupan yang gemah ripah loh jinawe. Namun rupanya kemakmuran dan kesejahteraan masih jauh dari harapan. Hal ini akan tetap berlanjut sepanjang koruptor masih meraja lela. Akhirnya kemerdekaan yang diperjuangkan founding fathers untuk rakyat hanya dinikmati para koruptor.
*Penulis adalah Anggota MUSEMA (Musyawarah Senat Mahasiswa) IAIN Sunan Ampel Surabaya


Semoga artikel Surat Untuk Para Koruptor bermanfaat bagi Anda.

Jika artikel ini bermanfaat,bagikan kepada rekan melalui:

Posting Komentar